CO 2 rasanya enak! Air berkarbonasi sebenarnya adalah larutan asam karbonat yang lemah; ini yang kamu rasa. Ini seperti "garam dan merica", tetapi untuk air.
Air yang sedikit asam biasanya populer, karenanya jus lemon kadang-kadang digunakan untuk menodai kendi air di saat-saat ketika tidak ada air berkarbonasi tersedia.
Air berkarbonasi melepaskan gelembung CO 2 selama beberapa menit setelah tekanan dilepaskan (pembentukan kembali asam karbonat terlarut), yang merupakan efek penyajian penting yang umumnya tidak dimiliki oleh gas lain.
Di banyak negara pasokan air lokal sedikit bersifat basa (karena batu kapur menjadi sangat umum), dan ini dapat meninggalkan rasa yang buruk, dan membuat makanan di mulut Anda terasa bersabun. Penambahan asam lemah ke air membantu menetralkan efek ini.
Di seluruh dunia, beberapa kota yang beruntung memiliki mata air alami dengan air efervesen (air berkarbonasi), dan air berkarbonasi buatan manusia hanya meniru ini. Dalam sejarah, orang sering melakukan perjalanan jarak jauh untuk mencoba air effervescent, sehingga popularitasnya tercatat dengan baik.
Nitrogen digunakan untuk tekanan air dalam pembuatan bir dan memasak karena meninggalkan sedikit rasa atau tidak, dan umumnya tidak membentuk senyawa kimia lainnya. Ini digunakan terutama ketika gelembung diperlukan, tetapi bukan rasa asam.
Oksigen tidak cocok untuk tekanan air karena sangat sedikit yang dapat dilarutkan pada tekanan soda normal, dan tidak memiliki rasa, tetapi dapat dengan mudah membentuk senyawa kimia yang tidak diinginkan.
Pada abad ke-18, Joseph Priestley adalah orang pertama yang mendokumentasikan penemuan manufaktur ini. Dia mencatat dengan tepat bahwa rasanya enak, dan itu mirip dengan air Selters Jerman. Dia menemukan "udara" (gas), dan secara unik mengidentifikasi beberapa gas yang berbeda. CO 2 adalah satu-satunya yang menurutnya enak. Sumber CO 2 yang murah adalah butiran fermentasi dari tempat pembuatan bir terdekat.